Selasa, 12 Oktober 2010

ASSESMENT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian
Evaluasi adalah suatu proses kontinu pengumpulan dan penafsiran informasi/data untuk menilai keputusan-keputusan yang diambil pada perencanaan kegiatan proses belajar-mengajar.
Ada tiga implikasi penting dari definisi ini, yaitu :
Pertama : Evaluasi adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus, jadi tidak hanya dilakukan pada akhir suatu program. Bahkan dimulai sebelum program dimulai.
Kedua : Evaluasi dilaksanakan dengan arah dan tujuan yang jelas.
Ketiga : Evaluasi memerlukan instrument pengukuran yang teliti dan tepat untuk mengumpulkan informasi/data.

B. Jenis – Jenis Evaluasi Berdasarkan Fungsinya.

Permulaan Selama Akhir
Pengajaran Pengajaran Pengajaran

EVALUASI KESIAPAN EVALUASI DIAGNOSIS EVALUASI SUMATIF
EVALUASI PENEMPATAN EVALUASI FORMATIF
1. Evaluasi Kesiapan : untuk mengukur kemampuan awal.
2. Evaluasi Penempatan : untuk mengetahui tingkah laku awal siswa sebelum memasuki program.
3. Evaluasi Formatif : digunakan untuk memonitor kemajuan siswa selama pengajaran berlangsung. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik kontinu, baik kepada siswa maupun kepada guru tentang keberhasilan dan kegagalan belajar siswa. Jadi bukan sama sekali untuk tujuan memberi nilai kepada siswa.
Tujuan Penilaian : Dapat dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan
berikutnya.
4. Evaluasi Diagnostik : Untuk mengetahui kesulitan belajar siswa yang secara terus menerus ada padanya yang tak dapat diperbaiki dengan cara – cara yang digunakan pada evaluasi formatif.
Jadi evaluasi ini lebih mendetil dari pada evaluasi formatif.
5. Evaluasi Sumatif : Untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Biasanya dilakukan pada akhir suatu program pengajaran.
Evaluasi sumatif digunakan untuk memberi nilai atau grade kepada siswa.
6. Evaluasi Sub Sumatif : Untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran, setelah sejumlah satuan pembelajaran tertentu diselesaikan.
Evaluasi sub sumatif bersama evaluasi sumatif digunakan untuk memberi nilai atau grade kepada siswa.

C. Instrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi dapat dibentuk non tes dan tes.

D. TES DALAM PROSES PENGAJARAN
Pada permulaan pengajaran, dapat dilakukan pre tes untuk mengukur kesiapan siswa dan untuk penempatan.
Selama pengajaran berlangsung dapat dilakukan tes diagnostic dan tes formatif. Pada akhir pengajaran dapat dilakukan tes sumatif.


E. KEGUNAAN TES.
1). Memperbaiki kesiapan siswa.
2). Menambah motivasi siswa.
3). Menaikkan daya ingat siswa dan transfer hasil belajar.
4). Memberikan umpan balik mengenai koefektifan pelajaran.
5). Menambah pemahaman sendiri kepada siswa.


F. PELAKSANAAN TES.
1). Secara tertulis
2). Secara lisan.
3). Secara perbuatan

. KARAKTERISTIK TES OBYEKTIF DAN TES ESSAI
Tes Obyektif Tes essai
1.
2.
3.

4.

5.
6.


7. Pembuatan soal sukaran lama
Mencakup isi lebih luas
Ada factor menerka dan factor kemampuan membaca.
Kurang dapat menjangkau aspek kemampuan yang lebih tinggi.
Mudah dianalisis
Mendorong siswa untuk mengingat menafsirkan dan menganalisis ide orang lain.
Penyekoran mudah dan cepat, obyektif dan reliable (dapat dipercaya). Pembuatan soal mudah dan cepat
Mencakup isi sedikit.
Faktor menerka kurang, dan ada factor menulis.
Aspek kemampuan lebih tinggi.

Sukar dianalisis.
Mendorong siswa untuk menyatakan idenya sendiri.

Penyekoran sukar dan lama, subyektif dan kurang reliable.

I. PENAFSIRAN HASIL TES.
1. Skor yang diperoleh dari siswa masih perlu diolahlebih lanjut untuk mendapat nilai.
Selanjutnya nilai tersebut dapat ditafsirkan terhadap tujuan tertentu.

Ada dua cara untuk menafsirkan, yaitu:
a. Ditafsirkan berdasarkan acuan norma kelompok, yaitu membandingkan kedudukan individu dalam kelompoknya.
Penafsiran semacam ini disebut Penilaian Acuan Norma.
b. Ditafsirkan berdasarkan acuan criteria, yaitu membandingkan kedudukan individu dengan criteria pendapatan tujuan.
Penafsiran semacam ini disebut Penilaian Acuan Kriteria.

2. Penyusunan tes.
Penilaian Acuan Norma Penilaian Acuan Kriteria
1. Tujuan dinyatakan dalam istilah lebih luas.
2. Meliputi daerah hasil belajar yang luas.
3. Bentuk soal pilihan ganda sering digunakan.
4. Kemampuan butir soal,diutamakan dapat membedakan antar siswa.
5. Digunakan terutama dalam tes penempatan, tes seleksi, dan sumatif. Tujuan dinyatakan sangat khusus

Meliputi daerah hasil belajar terbatas.

Bentuk soal kurang tergantung dengan bentuk pilihan ganda.
Kemampuan butir soal, diutamakan dapat menggambarkan penampilan siswa.
Digunakan terutama dalam tes kesiapan, tes formatif, dan tes diagnostik.

J. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN DAN MENGGUAKAN TES.
1. Memilih Tujuan Instruksi Umum.
2. Merumuskan Tujuan Instruksi Khusus.
3. Mengembangkan butir-butir soal.
4. Menyusun perangkat tes.
5. Mengujikan tes pada siswa.
6. Memeriksa tes yang telah dikerjakan siswa.
7. Mendiskusikan tes yang telah dikerjakan siswa.
Merencanakan program perbaikan.
Merevisi tes.

L. SIFAT – SIFAT INSTRUMENT PERSUASI/TES YANG BAIK
Tes sebagai suatu instrument evaluasi, seperti instrument lainnya harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat dikatakan mempunyai kualitas yang baik.
Dalam merangkit seperangkat tes harus diperhatikan hal – hal berikut :
1. ¬Realibilitas ( Ketersindalan, keajegan ).
Suatu tes haruslah reliable dalam arti bahwa jika tes itu diberikan kepada seseorang siswa lebih dari satu kali, maka skor siswa tersebut relative tetap aman. Artinya fluktuasi skor-skor itu kecil meskipun ada.
Seperangkat tes terdiri dari butir-butir soal, maka agar seperangkatnya realibel haruslah pula masing-masing butir soalnya andal. Ini berarti bahwa dalam membuat soal harus jelas dan tidak meragukan, demikian juga pertanyaan dalam soal tersebut.
Hasil pengukuran dari suatu instrument yang tidak realibel sebenarnya tak dapat diolah/diproses karena kesimpulan yang diperoleh menyesatkan.
2. Validitas ( Kesahihan )
Suatu instrument pengukuran dikatakan valid(sahih) apabila ia mengukur apa yang hendak diukur.
Tujuan-tujuan instruksional adalah kriteria untuk mengadakan evaluasi. Jadi tes yang disusun haruslah mengukur ketercapaian tujuan-tujuan instruksional tersebut.
Jelasnya tiap tujuan instruksional mengandung beberapa komponen, yaitu :
Tingkah laku (behavior), materi, kondisi, dan standar. Oleh karena itu dalam membuat butir soal haruslah merujuk kepada tujuan-tujuan instruksional tersebut, sehingga tes yang disusun sahih. Untuk tujuan inilah maka sebelum menyusun tes dibuatlah kisi-kisi tes (testgrid) lebih dulu.
3. Obyektifitas
Suatu tes dikatakan obyektif apabila dua orang atau lebih yang ahli dalam bidang studi itu sepakat/setuju akan jawaban yang benar untuk masing-masing butir soal dalam tes tersebut. Dengan demikian tes yang obyektif akan menghasilkan skor yang realibel.
4. Diferensialitas
Suatu tes dikatakan mempunyai diferensialitas tinggi apabila ia hanya memuat tugas-tugas yang hanya dapat dikerjakan oleh siswa-siswa yang telah mencapai taraf penguasaan materi yang diajarkan.
Jika orang awam saja dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut, maka tes tersebut memiliki diferensialitas rendah.
Sebagai contoh apabila dalam suatu soal pilihan ganda semua distraktor (pengecoh)nya jelas-jelas salah tanpa berpikir dalam-dalam.